Tuesday, December 25, 2012

13 Pelajaran Sebelum Tahun 2013


Gue punya temen baru yang gue kenal 19 hari menjelang tahun 2012 berakhir. Gue inget karena dia setiap hari mengganti status Blackberry Massangernya dengan jumlah hari yang tersisa di tahun 2012  ini. Gue baru sadar apa sebenarnya angka-angka itu pada waktu ia mengganti statusnya dengan angka 13. Angka 13 di BBM-nya itu mengingatkan kalo masih ada kerangka tulisan akhir tahun yang belom sempet gue selesain. Isinya adalah 13 pelajaran penting yang gue dapet di tahun 2012. 13 pelajaran ini berarti banget buat gue karena sedikit banyak telah membantu gue berfikir jernih mengenai apa-apa yang mestinya gue lakukan dalam keseharian atau sudah gue lakukan tapi tidak pernah gue sadari arti pentingnya.

13 pelajaran penting ini refleksi dari keseharian yang biasanya lewat begitu saja karena buat gue waktu rasanya berjalan begitu cepat, terburu-buru, emosional dalam mengambil keputusan, terlalu cuek, cepat marah dan lain sebagainya. Namun biasanya di akhir tahun semua terasa melambat. Mungkin karena musim libur, ada waktu bersama keluarga dan teman, suasananya juga moody dan gloomy membuat banyak kesempatan untuk bisa melihat setahun kebelakang apa yang seharusnya penting untuk kita pahami.

Buat gue, 13 pelajaran sebelum 2013 dibawah ini gue anggap penting setahun kemarin. Tentu angka 13 ini bukan kebetulan. 13 adalah angka kesukaan gue dan supaya match sama 2013. Berikut adalah 13 pelajaran tersebut: 


1. Patience
2. Health
3. Family
4. Love
5. Friendship
6. Traveling & Weekend Getaway
7. Passion VS Hobby
8. Planning
9. Leadership & Managing People
10. Teamwork
11. System & Procedures
12. Coordination & Communication
13. Persistence & Consistence

(Baca selanjutnya...)  



#1. Patience


Ini adalah hal yang paling sulit buat gue lakuin. Mungkin karena berdarah Minang dan berdarah tinggi (140/70) sabar menjadi sesuatu yang menarik dan menantang. Sabar buat gue cukup sulit dilakukan terutama saat menghadapi sesuatu yang baru atau menghadapi masalah. Contohnya dalam pekerjaan. Setiap tahun apa yang gue lakukan dalam pekerjaan selalu berganti dan banyak hal baru. Masalah model baru maupun berulang juga ngga ikut dalam rombongan. 

Sadar akan ketidaksabaran dan betapa buruk akibat yang dapat timbul karenanya, membuat istighfar dan self-talk menjadi solusi personal. Lucunya, sabar saja tidak cukup karena masalah masih belum selesai. Namun, biasanya begitu kesabaran dapat mengambil alih seringkali stimulus stress tersolusikan dengan baik. Biasannya loh yah. Ngga mudah gue menyadari mengenai ini. Setelah di”uji” berkali-kali dengan permasalahan serupa, baru terpikir bahwa sabar adalah kuncinya. Menarik.

(baca selanjutnya...)

#2. Health

Tekanan darah tinggi gue adalah momok yang ngga belum bisa terselesaikan tahun ini. Dokter pribadi gue pernah berhasil membantu menurunkan tekanan darah sampai 120/80 setelah berlibur 4 hari. Terima kasih ya dokter, love you. Berkaitan dengan pelajaran pertama diatas, kesehatan memang sepertinya harus bisa dikendalikan sendiri. Semua dimulai dari disiplin pribadi dan dalam kasus gue, juga kesabaran. 

Gue harus kendalikan stress dan istirahat yang cukup. “Kalo kamu sakit, gimana mau pimpin 200 juta orang” kata ibu Ainun Habibie. Nyokap gue juga selalu bawel hal yang sama. Gimana mau urus banyak orang kalo ngga bisa urus diri sendiri. Lucu lagi pengalaman gue  dengan seorang cewek yang pernah berkata dengan sinisnya ke gue, “Be a man! ujan-ujanan aja takut. Manja!” Gue sampe harus bilang ke orang itu bahwa ‘bisa mengurus diri sendiri’ itu bukan MANJA. Tapi TANGGUNG JAWAB! Kesehatan adalah tanggung jawab pribadi. Kalo gue ngga sehat, gue ngga bisa beraktifitas. Nah sesudah itu silahkan dipikir sendiri akibatnya apa.

(Baca selanjutnya...)

#3. Family


Kompleksitas keluarga relatif lebih tinggi daripada pertemanan. Sebelumnya pada umur tertentu kita lebih senang hang out sama teman karena memang pertemanan sering melibatkan interaksi yang lebih sederhana dibanding dengan keluarga. Teman tidak terlalu kompleks karena kita hanya liat kulit luarnya saja. Keluarga lebih deep dalam interaksi karena lebih sering ‘bersinggungan’. 

Kenapa hal tersebut baru gue sadari tahun ini? Karena gue sekarang punya 2 orang keponakan yang lucu-lucu. Yang 1 umurnya 4 tahun. Yang 1 masih beberapa bulan. Dan sesibuk apapun gue, sesekali suka terlintas bayangan mereka dikepala gue. Buat gue, mereka adalah lem yang merekatkan keluarga kecil kami. Kakak gue cuman 1 orang dan sekarang sudah tinggal sendiri. Sebulan sekali setiap pengajian, gue selalu kangen keponakan gue lari-larian di tempat pengajian. Sedikit menggangu, tapi selalu bikin kangen. Kerena hampir selalu sibuk, spend time with family is now a privilege buat gue. Walau interaksi dengan mereka penuh kompleksitas, mereka adalah harta yang paling berharga dan ngga ada bandingannya sama apapun di dunia ini.

(Baca selanjutnya...)

#4. Love


Buat gue, cinta adalah pelajaran yang ngga kalah kompleks dibandingkan keluarga. Saat ini sulit buat gue untuk mencari lagi orang dengan frekuensi hati yang sama. Jadi strategi gue adalah tidak ada strategi. Gue hanya bisa berlatih untuk mulai merasakan. Dan untuk bisa merasakan, gue harus idupin sedikit sensitifitas gue yang biasanya absurd karena rutinitas. 

Believe me when I say I’m trying. Soalnya chemistry dan sensasi jatuh cinta, adalah hal yang sangat manusiawi dan membahagiakan. Buat gue dua hal itu penting tapi sulit untuk didapat. Seorang sahabat Ayah saya pernah dengan tegas berkata “kamu harus cari, karena itu merupakan bagian dari perjuangan kamu sebagai laki-laki. Perjuangannya itu bukan hanya bekerja. Karena big picture-nya adalah kebahagiaan.”  Baru deh sadar.

(Baca selanjutnya...)

#5. Friendship


Gue rasanya kehilangan banyak sahabat tahun ini. Bukan karena musuhan atau hal buruk lainnya loh. Tapi lebih karena kesibukan dan keterbatasan waktu. Kita tetap berhubungan tapi hanya kadang-kadang. Dan bila seandainya ketemuan pun, hampir tidak pernah lengkap personilnya. Padahal dulu kayaknya tiap weekend bisa maen bareng. Sekarang mana pernah. Kesadaran akan kebutuhan sahabat ini bukan karena pengalaman pribadi. Tapi justru karena pengalaman sahabat gue, yang gue terjemahkan menjadi pelajaran berharga.

Gue biasanya ngga peduli kalo harus sendirian di rumah malem minggu berteman laptop dan dvd. Tapi suatu hari gue tau kalo temen gue putus dari ceweknya setelah beberapa tahun pacaran dan sedang melewati masa yang amat sulit. Saking sulitnya, gue sampe harus denger cerita-cerita negatif tentang bagaimana dia menghadapi stressnya. Lambat laun gue tau, rupanya yang dibutuhkan adalah sahabat-sahabatnya menemani di masa-masa sulit itu. Entah untuk sekedar minum bir, ngopi, cerita soal macem-macem mulai dari cewek-cewek dengan kelakuan aneh ala ABG sampai soal kerjaan yang serba rumit dan kompleks. Hal ini membuat gue berfikir ulang mengenai apa artinya persahabatan dan kebutuhan kita akan sahabat-sahabat kita. Dulu kita selalu berada saling dekat. Sekarang karena “sok sibuk” kita lupa bahwa mereka adalah problem solver terbaik yang pernah ada. Kadang kita sudah tau solusinya apa sih. Cuman biasanya kita perlu diyakinkan dengan kalimat “bisalah, gue yakin lo bisa”. Dan kalimat itu beda loh impactnya kalo diucapkan sama seorang sahabat dan sama teman biasa.


(Baca selanjutnya...)

#6. Traveling & Weekend Getaway



2012 kemarin, gue punya target untuk minimal sebulan sekali pergi traveling keluar kota. Tujuan utamanya adalah refreshing. Biasanya kalau sampai ngga bisa ambil cuti, pergi jumat pulang minggu pun ngga apa. Yang penting bisa melepas penat dari bising dan sumpeknya kota Jakarta. Selama 2012 kota Bandung, Solo, Jogja, Malang, Surabaya dan Denpasar sudah disinggahi. Hampir semua kota besar di pulau Jawa dan hanya tertinggal Semarang yang hingga hari ini di tahun 2012 masih belum bisa gue datengin.

Kota tujuan yang gue datengin itu menawarkan keunikannya masing-masing. Wisata kuliner tentu merupakan tertuju utama. Suasana baru dan dan objek wisata adalah berikutnya. Positifnya adalah weekend gue produktif dan bukan jalan-jalan ngga jelas di ibu kota yang sudah hampir kehabisan hiburan ini.


(Baca selanjutnya...)

#7. Passion VS Hobby



Baru di tahun ini gue paham betul bahwa passion itu beda dengan hobby. Gue pernah denger kalau 2 hal itu berbeda satu sama lain tapi yang tidak pernah gue sadari adalah ternyata apa yang selama ini gue anggep passion ternyata hanyalah sekedar hobi. Contohnya adalah modifikasi mobil dan fotografi. Gue sadari ini karena ternyata rasanya biasa aja tuh kalo gue ngga ke bengkel atau ngga motret.

Baru tahun ini saja beberapa hal muncul ke permukaan dan berhasil gue identifikasi sebagai passion. Ternyata yang menjadi pembeda adalah saat passion muncul biasanya seiring antusiasme gue untuk melakukannya. Apa yang gue anggap sebagai passion itu belum bisa gue share karena sebenarnya gue belum yakin betul. Tapi yang gue yakin banget adalah mobil dan modifikasi serta fotografi hanyalah sekedar hobi yang bisa ditunda. Gue kasih contoh kongkret. Menulis buat gue hanya hobi. Karena gue bisa aja ngga nulis dalam jangka waktu yang lama. Tapi sharing dan mengkomunikasikan apa yang gue suka sepertinya menjadi passion karena terus-terusan gue lakuin. Dan itu ngga perlu lewat tulisan. Lihat bedanya ngga?


(Baca selanjutnya...)

#8. Planning


Baik di kehidupan pribadi maupun pekerjaan planning adalah hal yang sangat penting. Gue liat contoh – contoh yang jelas banget bahwa tanpa perencanaan matang orang ngga akan bergerak kemana-mana.

Seorang teman baik gue baru saja menikah dan tinggal di semarang. Dia datang dari Semarang sekalian membantu gue menyelesaikan project DX di bengkel. Di jalan yang lumayan jauh dan macet kita sempet ngobrol banyak dari A –Z. Akhirnya obrolan sampai pada cerita tentang si A yang sudah kawin, sudah punya anak tapi belum dan sepertinya tidak akan pernah punya pekerjaan tetap. Ini konteks obrolan cowok yah jadi bukan gosip seperti yang cewek-cewek umumnya obrolin. Very technical stuff. Kita sampai pada kesimpulan bahwa secara umum bekerja 9 – 5 itu bukan jaminan memang. Tapi planning untuk bisa menghidupi keluarganya itu yang paling penting menurut kita. Bisa dengan bekerja atau bikin usaha. Rejeki itu urusan yang Diatas, tapi kalo upaya dari si manusia untuk berencana saja malas, ya jangan sedih kalo dikasih segitu aja sama yang Diatas.

Lain lagi di dalam pekerjaan. Lingkup kerja gue di bagian project dan production menuntut planning yang matang dalam semua tahapannya. Lagi-lagi gue bisa liat dengan gamblang bahwa tanpa perencanaan yang baik, kerugian bisa tidak terduga dan jatuh pada nilai maksimal. Contohnya planning produksi. Dengan rencana memproduksi sekian diperlukan bahan baku sekian. Gagal melakukan planning dengan betul berarti inefficiency. Dan gue tau betul bahwa melakukan production planning itu tidak mudah. Yang bisa melakukannya adalah orang yang sangat pintar, kreatif dan harus visioner jangka pendek maupun panjang. Selain itu, diperlukan juga passion dalam melakuan perencanaan. Kalo seorang planner ngga suka bikin plan ya mau jadi apa planningnya. Passion itu penting dalam perencanaan seperti pada pelajaran sebelumnya. Saat ini setiap hari, penting buat gue untuk mengupdate to-do list. Sebuah buku berlapis kulit sintetis warna hitam selalu menemani gue dalam pekerjaan. Hanya untuk membantu gue tidak melenceng terlalu jauh dari rencana hari itu.

So? Apakah lo tipe orang yang terencana dengan baik?


(Baca selanjutnya...)

#9. Leadership & Managing People


Ini adalah pengalaman yang paling sulit dalam tahun ini. Gue ngga akan cerita banyak soal ini karena pengalaman gue masih sangat minim. Intinya, menjadi seorang leader itu ternyata berbeda dengan seorang manager. Manager belum tentu bisa memimpin dan seorang pemimpin itu tidak perlu berpangkat manager. Manager secara garis besar hanya memastikan bahwa segala sesuatunya comply. Dan seorang leader bisa membuat semua orang comply sekaligus membawa ke direction yang dimau tanpa dia perlu berada disekitar anak buahnya. Menarik banget.

Lebih jauh lagi dengan kacamata ini, gue juga bisa lihat bahwa anak buah yang dulunya hanya comply dan kemudian main game saat managernya tidak ada, ngga akan bisa menjadi leader yang baik dari rekan-rekan kerjanya. Karena compliance is what they good at dan tidak bisa atau belum bisa memimpin dirinya sendiri untuk patuh. Kalau mereka hanya comply bagaimana mereka bisa melihat kelebihan rekan kerja dan atau bawahannya? Gue bukan ahli soal ini.

Suatu hari gue dihadapkan pada masalah konflik di lingkungan kerja sampai gue harus bertanya sama grand master leadership yang ada di rumah gue. Ayah. Gue saat ini bertanggung jawab atas pekerjaan 70 orang dalam 1 gedung. Ayah dimasa kerjanya pernah bertanggung jawab atas 1 matra udara milik negara dengan ribuan jumlah asset dan personel. Jawabannya atas permasalah gue? “Ya memang begitu, sekarang kamu tau kan? Jadi ini yang kamu harus lakukan: ……….” Esokan harinya semua berjalan lancar dan baik. He’s a great leader, manager, director, chief, and officially my mentor ever since.


(Baca selanjutnya...)

#10. Teamwork


Tidak ada yang lebih menyenangkan daripada bermain basket di akhir pekan. Refreshing. Paling menyenangkan lagi adalah kalo main basket sama teman-teman yang kita kenal, tau, dan udah sering main basket sama-sama. Kantor gue punya kebiasaan main basket di hari sabtu pagi. Sangat menyenangkan. Suatu hari karena gue menganggap yang menyenangkan itu adalah “maen basket”nya, dengan gagah berani gue dan sahabat gue ikut maen sama kelompok di luar orang-orang kantor. Hasilnya? Amburadul.

Gue ngga nyangka hasilnya seperti itu. Setelah gue pikir-pikir, ternyata yang sulit itu adalah beradaptasi dalam 1 team baru dan harus perform maksimal dalam waktu yang singkat. Tentu ada variable skill yang berperan dari masing-masing personel. Tidak mungkinkan masing-masing personil skillnya rata-rata air? Dicampur lagi ritme dan pola menyerang dan bertahan yang sangat berbeda saat bermain dengan teman-teman kantor.

Teamwork adalah pelajaran yang berharga. Materinya adalah menjadi seorang team player dengan kemampuan adaptasi, komunikasi dan koordinasi yang tinggi. Untuk beberapa personel yang sangat menonjol kemampuannya, leadership juga merupakan elemen penting teamwork. Gue bisa lihat pelajaran ini dari perspektif yang berbeda-beda. Leaders vs anak buah atau pekerjaan vs main. Teamwork perlu team building. Team building perlu waktu. Kalo kita ngga punya waktu, setidaknya kita sempatkan menganalisa apa yang sebetulnya team butuhkan dari kita dan apa yang kita butuhkan dari team. Setelah itu baru kita bisa raih score yang banyak.


(Baca selanjutnya...)

#11. System & Procedure



Secara umum ngga ada yang lebih ribet daripada menjalankan system dan prosedur. Kita semua pasti setuju. Biasanya perusahaan menyebutnya SOP dan masyarakat biasanya menyebutnya dengan aturan saja. Tapi kebayang ngga sih melakukan sesuatu tanpa system dan prosedur? Itu kan cuma namanya aja system dan prosedur. Setiap hari, manusia yang paling ngga tau aturan aja bangun tidur lalu makan, mandi, beraktifitas dan kalo cape tidur. Semua dilakukan dengan patuh dengan konsekuensi yang harus di’nikmati’ sendiri. Sakit maag, bau, jadi miskin dan ngantuk untuk konsekuensi contoh diatas. Kenapa akhirnya dilakukan juga? Karena sudah biasa kan? Kenapa system dan prosedur menjadi sulit? Hanya karena masalah kebiasaan yang belum menjadi budaya. 

Perusahaan tempat gue bekerja menghadiahkan “best attendance”. Secara pribadi, bisa unggul diantara yang lain dan di-acknowledge oleh management adalah reward yang normalnya berujung pada job satisfaction. Pelajaran buat gue adalah disaat kita mengenali system dan prosedur dengan baik disaat itu pula kita seharusnya mematuhinya. Karena tanpa system dan prosedur mungkin saja rekan kerja sebelah lo dateng ke kantor dengan kondisi ngantuk dan bau karena belom mandi. Gue belom ngomong soal datang terlambat. Sistem tidak selamanya benar dan kerap perlu penyesuaian. Kemampuan seseorang mengenali permasalah system dan prosedur mana bisa optimal sih kalo dia ngga pernah merasakan manfaat dari patuh kepada system. Bener ngga? 

(Baca Selanjutnya...)

#12. Coordination & Communication

Pelajaran soal koordinasi dimulai 3 tahun lalu sebenernya. Bekerja secara freelance di sebuah majalah market leader dengan deadline ketat memaksa gue harus bisa berkolaborasi dengan tim yang dipimpin oleh seorang managing editor jenius. Yang dia ajarin adalah “lo harus update gue”. Itu aja. Titik. Sekarang gue tau kenapa dia rewel banget soal update. Karena kalo dia tidak terupdate sangat sulit untuk dia membuat perencanaan. Begitu dia sulit membuat perencanaan, sulit untuk dia berkoordinasi dengan tim. Begitu dia merasa ada coordination breakdown, dia langsung panggil meeting khusus diluar meeting redaksi. Isinya kadang perubahan rencana yang bagus-bagus tapi lebih seringnya ya dia marah-marah. 

Dalam pekerjaan gue saat ini, tidak hanya coordination breakdown yang gue hadapi. Communication yang merupakan kunci coordination sering kali breakdown lebih awal. Sulitnya mengatasi 2 permasalahan ini bukan hal kecil. Karena potensial terjadi dimana saja. Kita yang harus teliti dalam mengenali sambil berkata dalam hati “masalah komunikasi kah ini?” sambil berkata ke atasan, “saya harus cek dulu pak/bu, nanti saya update lagi.” Sulit tapi gue yakin bisa dilatih.


(Baca selanjutnya...)

#13. Persistence & Consistence



Gue sadur dari tulisan gue beberapa waktu lalu.

Beberapa tahun lalu gue belajar banyak soal training. Bahkan tugas akhir master gue juga mengenai training. Tapi tahun ini, gue sadar betul bahwa inti dari training itu adalah perubahan perilaku. Dan ternyata memang sesuai teorinya, perilaku itu butuh waktu untuk berubah. Training dan re-training terus menerus. Pengalaman pribadi dalam pekerjaan juga mengarah pada kesimpulan bahwa persistent and consistent adalah kunci perubahan perilaku.
Buat gue, belajar surfing adalah sesuatu yang baru. Gue ngga berharap jago, tapi hanya berharap bisa. Sama seperti gue bilang sebelumnya, persistent and consistent adalah modal utamanya. Lebih dalam lagi kalo boleh gue ceritain, when you feel scared mentally and tired physically at the same time, you know that all you need to do is face that wave. And when you feel that you are ready, turn around, and keep on paddling to catch that wave, stand up, and surf. 


Persistent and consistent. That's it.

Dan itulah tadi 13 pelajaran penting yang gue dapet di tahun 2012. Resolusi buat gue suka jadi hal basi. Sering gagal soalnya. Gue lebih suka revolusi yang radikal dalam prilaku. Think outside the box untuk membuat diri lo lebih baik di tahun berikutnya. Improvement dan kreatifitas untuk mengembangkan diri sepertinya adalah kunci. Selain juga perlu dijaga konsistensi dan kegigihannya. Gue juga berpikir-pikir untuk kuliah lagi. Baru mikir-mikir. Belum pasti sih. Tapi untuk menjadikan diri lebih baik di tahun depan knapa ngga?

Selamat Tahun Baru 2013