Wednesday, January 7, 2015

GUEST BLOG: M.FENNO >> JAPAN CAR CULTURE & DRIFT SEPTEMBER & DECEMBER TRIP 2014 - Part 1


Tidak berwarna adalah dua kata untuk menggambarkan aktifitas drifting Indonesia di tahun 2014 ini. Hanya ada 2 event grassroot. Dua. Oke, tiga. Tidak menyalahkan, namun tidak juga membenarkan. Kenapa?, karena selain drifting, cabang motorsport lain masih berjalan seperti biasanya. Kok bisa? Karena mereka merupakan cabang motorsport yang sudah ada pada kalender organisasi otomotif nasional yang entah kenapa tidak memasukkan drifting di kalender kerja mereka. Alasannya? Mari kita tanya pada siapa saya tidak tahu. Saya yakin ada alasannya. Tapi alasan kenapa tidak dieksekusi tidak ada. Semua sulit memang tapi semua memang lebih mudah kalau tidak dikerjakan.



Walaupun tidak berwarna untuk sebagian besar kalangan penggemar drifting, bagi saya, 2014 merupakan tahun yang luar biasa berwarna dalam kehidupan drifting saya. Semua berkat satu nama yang sakral bagi penggemar drifting di seluruh dunia, Ebisu. Ya, setelah sekian lama menekuni drifting, tahun ini akhirnya saya berhasil naik haji, atau mungkin lebih tepatnya umroh, ke sirkuit legendaris yang biasa hanya dapat dilihat di Youtube. Tidak hanya sekali, namun dua kali, yaitu pada bulan September bersama Ananda Yusuf, Dean Zen, dan Stuart Collin, dan Desember bersama Ananda Yusuf (lagi), Regi Fiandisa, dan Ramadhan. Jujur saya sama sekali tidak menyangka akan bisa mengunjungi Ebisu dua kali dalam setahun, benar-benar pengalaman yang sangat berharga.



Mungkin tidak semua orang tahu bahwa Ebisu terdiri dari 5 track yang biasa dipakai untuk drifting. Kurukuru land, School Track, Touge, North, dan track legendaris, South, atau yang biasa disebut Minami. Dengan tingkat kesulitan track sesuai dengan urutan tadi, Ebisu benar-benar menjadi tempat penentuan skill drifting yang seseorang telah tekuni selama hidupnya. Tembok, tanjakan, turunan, blind corner, blind corner dan tanjakan langsung turunan lalu bertemu tembok, sebut semuanya. Ya, melihat Ebisu, saya juga tidak heran kenapa skill orang Jepang tinggi bila bicara dalam konteks drifting...


courtesy of Goodrides.co

... seperti orang ini, Suenaga Naoto dari Team Orange


courtesy of Goodrides.co

Jadi Ebisu secara ideal merupakan surga bagi para penggemar drifting di seluruh dunia. Tempat yang wajib dikunjungi setidaknya sekali dalam hidup. Tiket, visa, biaya penginapan konsumsi, serta uang saku, terasa seperti tidak berat apabila sudah ada niatan untuk mengunjungi taman hiburan drifting ini. Walaupun untuk masalah tidak tersedianya mobil dan tidak ada yang bisa disewa namun harus membeli terasa sangat berat, beruntung saya dan kawan-kawan bisa ikut meminjam Toyota Chaser Mark II yang dibeli oleh Ananda Yusuf dari Powervehicles.com, kelompok 'gaijin' Australia yang bekerja dengan membangun bengkel dan berjualan mobil drift dan time attack untuk penggunaan di Jepang. Dengan modal membiayai bensin, ban, dan tiket masuk sesuai “jatah” masing-masing, saya dan kawan-kawan bisa menikmati dan menjajal track-track di Ebisu.


courtesy of Goodrides.co

         Bagaimana kalau terjadi sesuatu pada mobilnya? Walaupun Powervehicles.com dapat membantu memperbaiki, tentu biayanya tidak kecil. Akan sangat membantu apabila kita dapat  membawa alat-alat sendiri dari rumah, dan belajar mandiri memperbaiki kerusakan. Spare part semua tersedia, hanya butuh keterampilan dan keinginan untuk belajar. Jujur, saya tidak memiliki kemampuan  untuk memperbaiki kerusakan, karena itu hal paling masuk akal yang saya bisa bayangkan adalah membawa mekanik sendiri untuk kunjungan berikutnya...


 ... dan jangan lupa untuk minta maaf kepada pemilik mobil



             Lalu apakah hanya Ebisu? Tentu tidak. Selain Ebisu yang berada di Nihonmatsu, Fukushima,  saya mengunjungi berbagai bengkel modifikasi mobil di berbagai daerah di Jepang yang menjadi trend di berbagai aliran gaya mobil di dunia, dan bertemu langsung dengan para pendirinya. Bukan bengkel besar :



pencetus gaya fender flare terkemuka saat ini : Rocket Bunny oleh Top Racing Art, Kyoto...



... and the boss, Kei Miura. Damn we're so lucky to meet him



Lebih suka FWD? Kanjo? Car Craft Boon, Osaka


courtesy of Goodrides.co

atau lebih suka American-classic? Mooneyes Area One, Yokohama


courtesy of Goodrides.co

bagaimana kalau British-classic? SMITHS, Osaka


Bukan list yang jelek kan? Banyak informasi dah pelajaran yang saya dapatkan dari bengkel yang saya kunjungi, dan untuk kedepannya saya masih ingin mencari lebih dalam seluk beluk dunia modifikasi Jepang melalui bengkel-bengkel modifikasi, bertemu dengan para pakar dan pendiri bengkel tersebut, berbicara secara lebih personal mengenai apa yang mereka lihat dari hasil karya mereka, dan apa yang sebenarnya mereka harapkan dari hasil karya tersebut.
 
Jadi, untuk drifting Indonesia, apabila keadaan saat ini seperti tidak berwarna bagi kehidupan drifting lokal, saya rasa sudah saatnya untuk berpikir dan melihat secara global, memperkaya pengetahuan, dan melihat langsung, apa yang membuat kehidupan drifting di luar sana sangat berwarna dan hidup.



courtesy of Goodrides.co



Saatnya untuk belajar lagi.

No comments:

Post a Comment